MAKALAH
MEDIA
DAN BUDAYA
(Arus Industrialisasi Budaya Dan Media Dalam Masyarakat Jaringan Dikaitkan
Dengan Orientasi Politik Dan Orientasi Komersial)
Oleh
Nama : Hendrika Aflrida Atagoran
Nomor Regis : 43114053
UNIVERSITAS
KHATOLIK WIDYA MANDIRA
(UNWIRA)
KUPANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN POLITIK
(JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI-PR)
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat-Nya sehingga, makalah yang bertemakan “ARUS INDUSTRIALISASI
MEDIA DAN BUDAYA DALAM MASYARAKAT JARINGAN DIKAITKAN DENGAN ORIENTASI POLITIK
DAN ORIENTASI KOMERSIAL” ini dapat diselesaikan dengan baik.Makalah ini disusun
untuk memenuhi nilai UTS pada mata kuliah Media Dan Budaya sebagai pengetahuan
untuk kita semua.
Penulis menyadari bahwasanya makalah
ini masih jauh dari sempurna, tetapi mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dalam mencari ilmu dan untuk para pembaca semua dalam menambah
pengetahuan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Kupang, Oktober 2015
Penulis
BAB
I
PEMBAHASAN
·
Media Dan Budaya
Media pada hakikatnya telah
benar-benar mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia
itu sendiri. Kita saat ini berada pada era revolusi, yaitu revolusi masyarakat
menjadi massa, oleh karena kehadiran media tadi. Perjalanan sebuah media yang
mengisi hari-hari atau hidup manusia sudah sebegitu hebatnya merasuki kehidupan
paling pribadi dari manusia itu sendiri sampai media atau teknologi bisa
dikatakan sebagai perpanjangan dari diri kita atau ekstensi. Hal ini
memperlihatkan kebodohan‖ manusia di hadapan teknologi dimana hanya bisa diam
termangu dan cenderung pasrah akan segala serangan yang diberikan. Dalam hal
inilah sebuah teknologi dapat dikatakan sebagai suatu hal yang buruk (padahal
sebelumnya, teknologi adalah wujud benda yang netral), dan justru
meng-amputasi beberapa skill atau kemampuan kita
Perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk
pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana
cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan media tersebut akhirnya
mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi
yang lain. Misalnya dari masyarakat suku yang belum mengenal huruf menuju
masyarakat yang memakai peralatan komunikasi cetak, ke masyarakat yang memakai
peralatan komunikasi elektronik.
Budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita
berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak disimak. Pertama,
penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua,
perubahan di dalam jenis- jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan
manusia. Ketiga, bahwa kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan
akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya
membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri.
·
Desa global (Global Village) Dalam Masyarakat
Jaringan
Desa Global adalah konsep mengenai perkembangan teknologi komunikasi di
mana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. Desa Global
menjelaskan bahwa tidak ada lagi batas waktu dan tempat yang jelas. Informasi
dapat berpindah dari satu tempat ke belahan dunia lain dalam waktu yang sangat
singkat, menggunakan teknologi internet.
Indonesia telah mengalami penglobalan dalam bidang informasi, sejak kemunculan
internet pada pertengahan 90-an. Melalui internet dan televisi membuat
masyarakat sumatera utara mengetahui apa yang sedang terjadi di Jakarta, begitu
juga penduduk Jakarta yang dapat melihat apa yang sedang terjadi di Indonesia
bagian Timur. Melalui internet, masyarakat antar satu kelompok dapat
berhubungan dengan kelompok lain di dunia maya, contohnya komunitas pendukung
batik sebagai warisan budaya bangsa dapat berkontek-kontekan dengan komunitas
pendukung candi Borobudur sebagai salah satu dari tujuh keajabiaan dunia.
·
orientasi
politik
masyarakat mengidentifikasikan diri mereka terhadap simbol-simbol dan
lembaga-lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang dimilikinya. Dengan
adanya orientasi tersebut, maka masyarakat memiliki dan mempertanyakan tempat
dan peranan mereka dalam sistem politik. Hal ini selaras dengan salah satu
makna dari budaya politik itu sendiri, yaitu orientasi masyarakat terhadap
objek politik.
·
Orientasi
komersial( media)
Media merupakan bentuk dari organisasi dan industri, menjadikan beberapa media
menyiarkan conten yang lebih mendatangkan rupiah ketimbang mendidik atau
melakukan persuasi politik terhadap pemirsanya. Oplag dan rating menjadi tujua
utama media masa dalam meraup nilai commercial break yang tinggi tanpa harus
mementingkan conten siaran. Secara ukuran ekonomi oplag dan rating memang
menjadi acuan kesuksesan sebuah media, namun bukan tolak ukur kualitas conten
media.
Orientasi komersial dalam media terjadi ketika pemilik media mengukur
keuksesan medianya dengan Oplag dan Rating. Karya jurnalistik sudah tidak
menarik untuk digunakan menaikan oplag dan rating, Edukasi pun sama. Maka
hiburan adalah tambang emas bagi mereka untuk merauk banyak audiens.
Penyebab terjadinya orientasi komersil media karena persaingan yang ketat dan
dipengaruhi oleh kepemilikan media yang terpusat pada segelintir orang dan
kelompok. Pada akhirnya kepemilikan media pada seglintir orang dan kelompok
(grup) akan mengarah pada konglomerasi media
Contoh
Pengelompokan media di Indonesia :
MNC
Grup : RCTI, Global TV, dan MNC TV (TPI), Koran Sindo, Radio Dangdut TPI, MNC
Sport, Trijaya (Sindo FM), Global Radio, Okezone.com, Sun TV, Indovision, Sindo
TV, Majalah Trust, Majalah High n Teen dan MNC Life Blizt Megaplex)
VIVA
Group : TVOne, ANTV dan VIVANews.com
Surya
Citra Media (SCM) : SCTV, Idosiar, O-Channel, dan Liputan6.com
Media
Group : Metro TV, Media Indonesia, Lampung Pos (hotel papandayan)
Trans
Corp : Transs TV, Trans 7, Detik.com, Trans Studio (Para Group : Carrefour,
Bank Mega, Pra Finance, Coffea Bean, Baskin Robbin, Mango, Seibu)
Berita
Satu Media Holding bekerjasama dengan First Media dan Sitra wimax menaungi 12
media, a.l : Berita Satu.com, Jakarta Globe, Investor Daily, Suara Pembaruan,
Campus Life dll.
Gramedia
Group : Kompas Group (koran2 tersebar di berbagai daerah seluruh Indonesia
dengan label Tribun, misal Tribun Pekanbaru), Tabloit Bola, Tabloit Nova,
Kompas.com Kompas TV, Warta Kota. Kepemilikan di luar media : Grafiti Pers,
Elek MEdia Komputido, Jaringan Toko Buku Gramedia, Trimedia Bookstore, Hotel
Santika, Hotel Amaris, ELTI, UMN.
JAWAPOS
GROUP : JPNN (Jawa Pos News Network - kantor berita, JPNN.com), JPMC (Jawa Pos
Multimedia Center), Jawa Pos, Indo Pos, Rakyat MErdeka, Lampu Hijau, Koran
Nonstop. Koran-koran lainnya di bawah grup POS seperti : Tangsel Pos, Riau Pos
dan Koran dengan lebel RADAR seperti Radar Bogor, Radar Purwokerto, TV Lokal
seperti : JTV di Jawa Timur, Riau TVdi Riau, Majalah RM, Tabloid Nyata dll.
DARI PEMBAHASAN DI ATAS MELIBATKAN:
Media sebagai guru
Di era
serba canggih seperti sekarang, belajar tidak lagi dibatasi sekat-sekat ruang,
dan waktu. Dengan adanya teknologi internet memungkinkan terjadinya proses
pembelajaran tanpa harus harus ada seseorang yang mengajar secara langsung.
Seorang siswa dapat memanfaatkan blog atau website untuk mencari informasi atau
memperkaya materi yang diajarkan oleh gurunya di kelas. Seorang guru juga bisa
membuat blog lalu menjadikannya sebagai media dan sumber belajar untuk
menuntaskan dahaga ilmu pengetahuan murid-muridnya.
Satu hal yang paling mendasar yang membedakan pembelajaran menggunakan internet
(e-learning) dengan pembelajaran konvensional atau klasikal adalah dalam hal
fleksibilitasnya. Melalui media pembelajaran berbasis blog materi pembelajaran
dapat diakses kapan saja dan dari mana saja, di samping itu materi juga dapat
diperkaya dengan berbagai sumber belajar termasuk multimedia. Blog bisa menjadi
perpustakaan yang mudah dan lengkap bagi orang-orang yang haus ilmu
pengetahuan. Tetapi tidak dipungkiri, internet ibarat pisau bermata dua, salah
menggunakannya justru akan melukai diri sendiri. Pengguna internet di Indonesia
memang terus bertambah, tapi pemakaian internet masih sering hanya digunakan
sebagai ajang hura-hura, perayaan identitas, bahkan disalahgunakan untuk
hal-hal yang negatif. Menghindari teknologi internet tentu saja merupakan hal
yang mustahil. Dan karenanya dibutuhkan peran orang tua dan guru untuk
membimbing putra-putra bangsa agar dapat menggunakan internet dengan lebih
bijak, salah satunya menjadikannya sebagai media pembelajaran.
Dengan menjadikan blog sebagai media pembelajaran, guru dapat menuliskan materi
pelajaran maupun pengayaan materi melalui blog pribadinya. Guru juga bisa
memberikan tugas tambahan bagi peserta didik, bahkan melakukan ulangan harian
online. Dengan media blog pula antara guru dan siswa dapat saling
berkomunikasi, berdiskusi, tentang apa saja, khususnya seputar materi
pelajaran.
Memanfaatkan blog sebagai media pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk giat
dalam belajar. Internet adalah dunia yang sudah sangat akrab bagi digital
native atau generasi digital. Dengan demikian memotivasi siswa dengan dunia
yang mereka gandrungi dan akrabi merupakan langkah yang tepat.
·
Media Sebagai Tuhan
Perjalanan manusia dan teknologi dalam sebuah determinasi teknologi merupakan
perjalanan dua arah. Dalam perjalanan pertama, adanya masyarakat yang mulai
berubah baik dari segi peradaban, pengetahuan dan kebudayaan menjadi lebih maju
dan modern, maka membutuhkan dan melahirkan suatu model komunikasi dan didukung
oleh teknologi yang berbeda. Apa yang ia pikirkan dan lakukan merupakan
perbuatan aktif yang dijalani secara sadar demi memenuhi kebutuhan hidupnya
baik oleh kebutuhan primer, sekunder ataupun informasi. Hal ini yang menjadikan
manusia tetap adalah dewa dalam hidupnya dimana apapun yang dilakukan merupakan
penyesuaian dengan lingkungan yang senantiasa berubah dan dinamis dari waktu ke
waktu. Proses perjalanan seperti ini kiranya tidak terlalu mengharukan atau
masih bisa diterima oleh akal sehat lantaran mengutamakan manusia sebagai
makhluk hidup paling sempurna dan mulia ketimbang makhluk lainnya.
Tetapi
fase selanjutnya yang merupakan arah kebalikannya, menjabarkan bahwa
teknolog/mediai layaknya ―Tuhan‖ dari perjalanan hidup yang dilakukan oleh
manusia dari hari ke hari. Manusia dianggap sebagai orang yang pasif dan hanya
menerima apa saja yang disodorkan oleh teknologi/media.
Walaupun
teknologi itu adalah buatan manusia, tetapi manusia berbalik menjadi penyembah
teknologi, Apapun yang dilakukan tidak jauh dan tidak boleh terlepas dari apa
yang disampaikan oleh teknologi. Apa yang boleh dan tidak boleh, layak dan
tidak layak untuk diperbuat mengacu pada apa yang disampaikan oleh
teknologi. Pemanfaatan ini seperti memberikan pentunjuk bahwa manusia
sendiri juga dimanfaatkan oleh teknologi, dimana teknologi juga bukan merupakan
perpanjangan tangan yang netral melainkan mengandung beragam kepentingan di
dalamnya. Secara perlahan namun pasti, teknologi yang di-dewa-kan tersebut
mengantarkan pada perubahan masyarakat dan untuk kemudian, berbalik pada siklus
yaitu mempengaruhi perkembangan teknologi.
·
Media sebagai cermin
Kita
ketahui, bahwa film bisa mengkonstruksi penontonya untuk bercerita sebuah hal,
yang sejatinya bisa jadi adalah rekonstruksi realitas sosial. Jika diambil
contoh pada film “G30S PKI”, disana menceritakan bagaimana era negeri ini
disaat gunjang – ganjing perserteruan adanya PKI. Bahkan pada beberapa tahun
sebelumnya, film ini sempat dilarang edar tayang karena dianggap membelokkan
sejarah. Tetapi pada realitas yang kita ketahui, sejarah yang ditulis pada buku
– buku sejarah ktia pada saat sekolah, berbeda dengan apa yang disajikan film
tersebut. Contoh lainnya, banyak film yang menampilkan cerita cinta beda agama.
Dimana pada film dengan cerita – cerita seperti ini, tentunya menjadi cerminan
budaya kita yang mungkin pada generasi sebelumnya, terdapat keluarga yang
menikah beda agama. Bahkan hingga kinin masih ada yang pacaran beda agama.
Tentunya melalui film kita bisa belajar, bahwa mengenai resiko perbedaan
keyakinan tersebut seperti apa, walaupun kembali lagi pada keyakinan batin yang
kita pegang. Dalam sebuah seminar diskusi, pernah saya sampaikan bahwa pacaran
beda agama itu endingnya cuma ada, yaitu; ganti Tuhan atau ganti agama.
Film sebagai budaya visual mulai makin berkembang di ranah film pendek. Dengan
perkembangan digital teknologi yang makin canggih, pemenang festival film
pendek Indonesia tahun 2014, dengan judul Onomastika, bercerita tentang seorang
pria yang mempunya anak sebanyak tiga puluh (30) lebiht tapi tidak menghafal
semua nama anaknya. Hal itu menjadikan konflik bagi salah satu anak yang mulai
membahas budaya dalam keluarga suku tersebut. Hal ini menjadikan film sebagai
media storytelling untuk mengetahui perkembangan dearah terpencil dan kurang
perhatian.
·
Media sebagai ritual
Lambat laun, manusia menciptakan suatu alat atau media sebagai sarana
mempermudah pencapaian komunikasi. Kemudian media-media tersebut dalam perkembangannya,
bukan hanya sebagai alat interaksi antar manusia semata, namun juga digunakan
sebagai media ritual, misalnya saja asap yang digunakan dalam pemanggilan roh
nenek moyang, lonceng pada perayaan paskah umat Katolik, dan lain sebagainya.
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang
biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan
upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup.
Maka tidak heran dalam semua jenis ritual tradisional, membutuhkan media-media
perantara. Alat yang justru sering digunakan adalah alat komunikasi
tradisional, karena ritual lahir dari kebudayaan tradisional yang sejak ada
dari zaman prasejarah. Oleh karena itu, pemikiran pada suatu media tertentu
dianggap satu-satunya media yang memiliki efek atau hasil tersendiri pada suatu
ritual tertentu dan kedudukan media tersebut sering kali tidak dapat
digantikan, apa lagi digantikan kegunaannya dengan alat komunikasi modern.
Misalnya saja lonceng yang digunakan saat upacara agama Hindu, lonceng dapat
digantikan kegunaannya dengan sirine yang lebih modern.
·
Media sebagai representasi
Kedudukan
media film juga dapat sebagai lembaga pendidikan nonformal dalam mempengaruhi
dan membentuk budaya kehidupan masyarakat sehari-hari melalui kisah yang
ditampilkan. Film dianggap sebagai medium sempurna untuk merepresentasikan dan
mengkonstruksi realitas kehidupan yang bebas dari konflik-konflik ideologis
serta berperan serta dalam pelestarian budaya bangsa.
Film menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih
tua, menawarkan cerita, drama, humor, panggung, musik, dan trik teknis bagi
konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam
artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat,
bahkan di wilayah pedesaan. Fenomena perkembangan film yang begitu cepat dan
tak terprediksikan, membuat film kini disadari sebagai fenomena budaya yang
progresif. Pencirian film sebagai “bisnis pertunjukan” dalam bentuk baru bagi
pasar yang meluas bukanlah keseluruhan ceritanya. Elemen penting lain dalam
sejarah film adalah penggunaan film untuk propaganda sangatlah signifikan,
terutama jika diterapkan untuk tujuan nasional atau kebangsaan, berdasarkan
jangkauannya yang luas, sifatnya yang riil, dampak emosional, dan popularitas
Sebagai media komunikasi massa yang menyajikan konstruksi dan representasi
sosial yang ada di dalam masyarakat, film memiliki beberapa fungsi
komunikasi diantaranya : pertama ; sebagai sarana hiburan, film dengan tujuan
untuk memberikan hiburan kepada khalayaknya dengan isi cerita film, geraknya,
keindahannya, suara dan sebagainya agar penonton mendapat kepuasan secara
psikologis. Kedua ; sebagai penerangan, film ini yang memberikan penjelasan
kepada penonton tentang suatu hal atau permasalahan, sehingga penonton mendapat
kejelasan atau paham tentang hal tersebut dan dapat melaksanakannya. Ketiga ;
sebagai propaganda film mengarah pada sasaran utama untuk mempengaruhi khalayak
atau penontonnya, agar khalayak mau menerima atau menolak pesan, sesuai dengan
keinginan si pembuat film.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Media
pada hakikatnya telah benar-benar mempengaruhi cara berpikir, merasakan,
dan bertingkah laku manusia itu sendiri. Kita saat ini berada pada era
revolusi, yaitu revolusi masyarakat menjadi massa, oleh karena kehadiran media
tadi.
Indonesia
telah mengalami penglobalan dalam bidang informasi, sejak kemunculan internet
pada pertengahan 90-an. Dengan
adanya orientasi politik, maka masyarakat memiliki dan mempertanyakan tempat
dan peranan mereka dalam sistem politik
Media
merupakan bentuk dari organisasi dan industri, menjadikan beberapa media
menyiarkan conten yang lebih mendatangkan rupiah ketimbang mendidik atau
melakukan persuasi politik terhadap pemirsanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar