Selasa, 27 Oktober 2015

MAKALAH MEDIA DAN BUDAYA

MAKALAH
MEDIA DAN BUDAYA
(Arus Industrialisasi Budaya Dan Media Dalam Masyarakat Jaringan Dikaitkan Dengan Orientasi Politik Dan Orientasi Komersial)



Oleh
Nama : Hendrika Aflrida Atagoran
Nomor Regis : 43114053


UNIVERSITAS KHATOLIK WIDYA MANDIRA
(UNWIRA) KUPANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
(JURUSAN ILMU KOMUNIKASI-PR)








KATA PENGANTAR


           Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat-Nya sehingga, makalah yang bertemakan “ARUS INDUSTRIALISASI MEDIA DAN BUDAYA DALAM MASYARAKAT JARINGAN DIKAITKAN DENGAN ORIENTASI POLITIK DAN ORIENTASI KOMERSIAL” ini dapat diselesaikan dengan baik.Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai UTS pada mata kuliah Media Dan Budaya sebagai pengetahuan untuk kita semua.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam mencari ilmu dan untuk para pembaca semua dalam menambah pengetahuan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.









Kupang, Oktober 2015

          Penulis




BAB I
PEMBAHASAN

·               Media Dan Budaya
            Media pada hakikatnya telah  benar-benar mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia itu sendiri. Kita saat ini berada pada era revolusi, yaitu revolusi masyarakat menjadi massa, oleh karena kehadiran media tadi. Perjalanan sebuah media yang mengisi hari-hari atau hidup manusia sudah sebegitu hebatnya merasuki kehidupan paling pribadi dari manusia itu sendiri sampai media atau teknologi bisa dikatakan sebagai perpanjangan dari diri kita atau ekstensi. Hal ini memperlihatkan kebodohan‖ manusia di hadapan teknologi dimana hanya bisa diam termangu dan cenderung pasrah akan segala serangan yang diberikan. Dalam hal inilah sebuah teknologi dapat dikatakan sebagai suatu hal yang buruk (padahal sebelumnya, teknologi adalah wujud  benda yang netral), dan justru meng-amputasi beberapa skill atau kemampuan kita
           Perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan media tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain. Misalnya dari masyarakat suku yang belum mengenal huruf menuju masyarakat yang memakai peralatan komunikasi cetak, ke masyarakat yang memakai peralatan komunikasi elektronik.
Budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita  berkomunikasi. Paling tidak, ada beberapa tahapan yang layak disimak. Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis- jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, bahwa kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan akhirnya peralatan untuk  berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri.

·                     Desa global (Global Village) Dalam Masyarakat Jaringan

           Desa Global  adalah konsep mengenai perkembangan teknologi komunikasi di mana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. Desa Global menjelaskan bahwa tidak ada lagi batas waktu dan tempat yang jelas. Informasi dapat berpindah dari satu tempat ke belahan dunia lain dalam waktu yang sangat singkat, menggunakan teknologi internet.
         Indonesia telah mengalami penglobalan dalam bidang informasi, sejak kemunculan internet pada  pertengahan 90-an. Melalui internet dan televisi membuat masyarakat sumatera utara mengetahui apa yang sedang terjadi di Jakarta, begitu juga penduduk Jakarta yang dapat melihat apa yang sedang terjadi di Indonesia bagian Timur. Melalui internet, masyarakat antar satu kelompok dapat berhubungan dengan kelompok lain di dunia maya, contohnya komunitas pendukung batik sebagai warisan budaya bangsa dapat berkontek-kontekan dengan komunitas pendukung candi Borobudur sebagai salah satu dari tujuh keajabiaan dunia.
  
·         orientasi politik 

          masyarakat mengidentifikasikan diri mereka terhadap simbol-simbol dan lembaga-lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang dimilikinya. Dengan adanya orientasi tersebut, maka masyarakat memiliki dan mempertanyakan tempat dan peranan mereka dalam sistem politik. Hal ini selaras dengan salah satu makna dari budaya politik itu sendiri, yaitu orientasi masyarakat terhadap objek politik.

·         Orientasi komersial( media)

       Media merupakan bentuk dari organisasi dan industri, menjadikan beberapa media menyiarkan conten yang lebih mendatangkan rupiah ketimbang mendidik atau melakukan persuasi politik terhadap pemirsanya. Oplag dan rating menjadi tujua utama media masa dalam meraup nilai commercial break yang tinggi tanpa harus mementingkan conten siaran. Secara ukuran ekonomi oplag dan rating memang menjadi acuan kesuksesan sebuah media, namun bukan tolak ukur kualitas conten media.
        Orientasi komersial dalam media terjadi ketika pemilik media mengukur keuksesan medianya dengan Oplag dan Rating. Karya jurnalistik sudah tidak menarik untuk digunakan menaikan oplag dan rating, Edukasi  pun sama. Maka hiburan adalah tambang emas bagi mereka untuk merauk banyak audiens.
      Penyebab terjadinya orientasi komersil media karena persaingan yang ketat dan dipengaruhi oleh kepemilikan media yang terpusat pada segelintir orang dan kelompok. Pada akhirnya kepemilikan media pada seglintir orang dan kelompok (grup) akan mengarah pada konglomerasi media
Contoh Pengelompokan media di Indonesia :
MNC Grup : RCTI, Global TV, dan MNC TV (TPI), Koran Sindo, Radio Dangdut TPI, MNC Sport, Trijaya (Sindo FM), Global Radio, Okezone.com, Sun TV, Indovision, Sindo TV, Majalah Trust, Majalah High n Teen dan MNC Life Blizt Megaplex)
VIVA Group : TVOne, ANTV dan VIVANews.com
Surya Citra  Media (SCM) : SCTV, Idosiar, O-Channel, dan Liputan6.com
Media Group : Metro TV, Media Indonesia, Lampung Pos (hotel papandayan)
Trans Corp : Transs TV, Trans 7, Detik.com, Trans Studio (Para Group : Carrefour, Bank Mega, Pra Finance, Coffea Bean, Baskin Robbin, Mango, Seibu)
Berita Satu Media Holding bekerjasama dengan First Media dan Sitra wimax menaungi 12 media, a.l : Berita Satu.com, Jakarta Globe, Investor Daily, Suara Pembaruan, Campus Life dll.
Gramedia Group : Kompas Group (koran2 tersebar di berbagai daerah seluruh Indonesia dengan label Tribun, misal Tribun Pekanbaru), Tabloit Bola, Tabloit Nova, Kompas.com Kompas TV, Warta Kota. Kepemilikan di luar media : Grafiti Pers, Elek MEdia Komputido, Jaringan Toko Buku Gramedia, Trimedia Bookstore, Hotel Santika, Hotel Amaris, ELTI, UMN.
JAWAPOS GROUP : JPNN (Jawa Pos News Network - kantor berita, JPNN.com), JPMC (Jawa Pos Multimedia Center), Jawa Pos, Indo Pos, Rakyat MErdeka, Lampu Hijau, Koran Nonstop. Koran-koran lainnya di bawah grup POS seperti : Tangsel Pos, Riau Pos dan Koran dengan lebel RADAR seperti Radar Bogor, Radar Purwokerto, TV Lokal seperti : JTV di Jawa Timur, Riau TVdi Riau, Majalah RM, Tabloid Nyata dll.



DARI PEMBAHASAN DI ATAS MELIBATKAN:

 Media sebagai guru

               Di era serba canggih seperti sekarang, belajar tidak lagi dibatasi sekat-sekat ruang, dan waktu. Dengan adanya teknologi internet memungkinkan terjadinya proses pembelajaran tanpa harus harus ada seseorang yang mengajar secara langsung. Seorang siswa dapat memanfaatkan blog atau website untuk mencari informasi atau memperkaya materi yang diajarkan oleh gurunya di kelas. Seorang guru juga bisa membuat blog lalu menjadikannya sebagai media dan sumber belajar untuk menuntaskan dahaga ilmu pengetahuan murid-muridnya.
        Satu hal yang paling mendasar yang membedakan pembelajaran menggunakan internet (e-learning) dengan pembelajaran konvensional atau klasikal adalah dalam hal fleksibilitasnya. Melalui media pembelajaran berbasis blog materi pembelajaran dapat diakses kapan saja dan dari mana saja, di samping itu materi juga dapat diperkaya dengan berbagai sumber belajar termasuk multimedia. Blog bisa menjadi perpustakaan yang mudah dan lengkap bagi orang-orang yang haus ilmu pengetahuan. Tetapi tidak dipungkiri, internet ibarat pisau bermata dua, salah menggunakannya justru akan melukai diri sendiri. Pengguna internet di Indonesia memang terus bertambah, tapi pemakaian internet masih sering hanya digunakan sebagai ajang hura-hura, perayaan identitas, bahkan disalahgunakan untuk hal-hal yang negatif. Menghindari teknologi internet tentu saja merupakan hal yang mustahil. Dan karenanya dibutuhkan peran orang tua dan guru untuk membimbing putra-putra bangsa agar dapat menggunakan internet dengan lebih  bijak, salah satunya menjadikannya sebagai media pembelajaran.
       Dengan menjadikan blog sebagai media pembelajaran, guru dapat menuliskan materi pelajaran maupun pengayaan materi melalui blog pribadinya. Guru juga bisa memberikan tugas tambahan bagi peserta didik, bahkan melakukan ulangan harian online. Dengan media blog pula antara guru dan siswa dapat saling berkomunikasi, berdiskusi, tentang apa saja, khususnya seputar materi pelajaran.
      Memanfaatkan blog sebagai media pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk giat dalam belajar. Internet adalah dunia yang sudah sangat akrab bagi digital native atau generasi digital. Dengan demikian memotivasi siswa dengan dunia yang mereka gandrungi dan akrabi merupakan langkah yang tepat.

·                     Media Sebagai Tuhan

           Perjalanan manusia dan teknologi dalam sebuah determinasi teknologi merupakan perjalanan dua arah. Dalam perjalanan pertama, adanya masyarakat yang mulai berubah baik dari segi peradaban, pengetahuan dan kebudayaan menjadi lebih maju dan modern, maka membutuhkan dan melahirkan suatu model komunikasi dan didukung oleh teknologi yang berbeda. Apa yang ia  pikirkan dan lakukan merupakan perbuatan aktif yang dijalani secara sadar demi memenuhi kebutuhan hidupnya baik oleh kebutuhan primer, sekunder ataupun informasi. Hal ini yang menjadikan manusia tetap adalah dewa dalam hidupnya dimana apapun yang dilakukan merupakan penyesuaian dengan lingkungan yang senantiasa berubah dan dinamis dari waktu ke waktu. Proses perjalanan seperti ini kiranya tidak terlalu mengharukan atau masih bisa diterima oleh akal sehat lantaran mengutamakan manusia sebagai makhluk hidup paling sempurna dan mulia ketimbang makhluk lainnya.
Tetapi fase selanjutnya yang merupakan arah kebalikannya, menjabarkan bahwa teknolog/mediai layaknya ―Tuhan‖ dari perjalanan hidup yang dilakukan oleh manusia dari hari ke hari. Manusia dianggap sebagai orang yang pasif dan hanya menerima apa saja yang disodorkan oleh teknologi/media.
Walaupun teknologi itu adalah buatan manusia, tetapi manusia berbalik menjadi penyembah teknologi, Apapun yang dilakukan tidak jauh dan tidak boleh terlepas dari apa yang disampaikan oleh teknologi. Apa yang boleh dan tidak boleh, layak dan tidak layak untuk diperbuat mengacu  pada apa yang disampaikan oleh teknologi. Pemanfaatan ini seperti memberikan pentunjuk  bahwa manusia sendiri juga dimanfaatkan oleh teknologi, dimana teknologi juga bukan merupakan perpanjangan tangan yang netral melainkan mengandung beragam kepentingan di dalamnya. Secara perlahan namun pasti, teknologi yang di-dewa-kan tersebut mengantarkan  pada perubahan masyarakat dan untuk kemudian, berbalik pada siklus yaitu mempengaruhi  perkembangan teknologi.

·                     Media sebagai cermin

            Kita ketahui, bahwa film bisa mengkonstruksi penontonya untuk bercerita sebuah hal, yang sejatinya bisa jadi adalah rekonstruksi realitas sosial. Jika diambil contoh pada film “G30S PKI”, disana menceritakan bagaimana era negeri ini disaat gunjang – ganjing perserteruan adanya PKI. Bahkan pada beberapa tahun sebelumnya, film ini sempat dilarang edar tayang karena dianggap membelokkan sejarah. Tetapi pada realitas yang kita ketahui, sejarah yang ditulis pada buku – buku sejarah ktia pada saat sekolah, berbeda dengan apa yang disajikan film tersebut. Contoh lainnya, banyak film yang menampilkan cerita cinta beda agama. Dimana pada film dengan cerita – cerita seperti ini, tentunya menjadi cerminan budaya kita yang mungkin pada generasi sebelumnya, terdapat keluarga yang menikah beda agama. Bahkan hingga kinin masih ada yang pacaran beda agama. Tentunya melalui film kita bisa belajar, bahwa mengenai resiko perbedaan keyakinan tersebut seperti apa, walaupun kembali lagi pada keyakinan batin yang kita pegang. Dalam sebuah seminar diskusi, pernah saya sampaikan bahwa pacaran beda agama itu endingnya cuma ada, yaitu; ganti Tuhan atau ganti agama.
            Film sebagai budaya visual mulai makin berkembang di ranah film pendek. Dengan perkembangan digital teknologi yang makin canggih, pemenang festival film pendek Indonesia tahun 2014, dengan judul Onomastika, bercerita tentang seorang pria yang mempunya anak sebanyak tiga puluh (30) lebiht tapi tidak menghafal semua nama anaknya. Hal itu menjadikan konflik bagi salah satu anak yang mulai membahas budaya dalam keluarga suku tersebut. Hal ini menjadikan film sebagai media storytelling untuk mengetahui perkembangan dearah terpencil dan kurang perhatian.

·                     Media sebagai ritual

             Lambat laun, manusia menciptakan suatu alat atau media sebagai sarana mempermudah pencapaian komunikasi. Kemudian media-media tersebut dalam perkembangannya, bukan hanya sebagai alat interaksi antar manusia semata, namun juga digunakan sebagai media ritual, misalnya saja asap yang digunakan dalam pemanggilan roh nenek moyang, lonceng pada perayaan paskah umat Katolik, dan lain sebagainya. Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup.
             Maka tidak heran dalam semua jenis ritual tradisional, membutuhkan media-media perantara. Alat yang justru sering digunakan adalah alat komunikasi tradisional, karena ritual lahir dari kebudayaan tradisional yang sejak ada dari zaman prasejarah. Oleh karena itu, pemikiran pada suatu media tertentu dianggap satu-satunya media yang memiliki efek atau hasil tersendiri pada suatu ritual tertentu dan kedudukan media tersebut sering kali tidak dapat digantikan, apa lagi digantikan kegunaannya dengan alat komunikasi modern. Misalnya saja lonceng yang digunakan saat upacara agama Hindu, lonceng dapat digantikan kegunaannya dengan sirine yang lebih modern.

·                     Media sebagai representasi

Kedudukan media film juga dapat sebagai lembaga pendidikan nonformal dalam mempengaruhi dan membentuk budaya kehidupan masyarakat sehari-hari melalui kisah yang ditampilkan. Film dianggap sebagai medium sempurna untuk merepresentasikan dan mengkonstruksi realitas kehidupan yang bebas dari konflik-konflik ideologis serta berperan serta dalam pelestarian budaya bangsa.
           Film menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, drama, humor, panggung, musik, dan trik teknis bagi konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Fenomena perkembangan film yang begitu cepat dan tak terprediksikan, membuat film kini disadari sebagai fenomena budaya yang progresif. Pencirian film sebagai “bisnis pertunjukan” dalam bentuk baru bagi pasar yang meluas bukanlah keseluruhan ceritanya. Elemen penting lain dalam sejarah film adalah penggunaan film untuk propaganda sangatlah signifikan, terutama jika diterapkan untuk tujuan nasional atau kebangsaan, berdasarkan jangkauannya yang luas, sifatnya yang riil, dampak emosional, dan popularitas
           Sebagai media komunikasi massa yang menyajikan konstruksi dan representasi sosial yang ada di dalam masyarakat,  film memiliki beberapa fungsi komunikasi diantaranya : pertama ; sebagai sarana hiburan, film dengan tujuan untuk memberikan hiburan kepada khalayaknya dengan isi cerita film, geraknya, keindahannya, suara dan sebagainya agar penonton mendapat kepuasan secara psikologis. Kedua ; sebagai penerangan, film ini yang memberikan penjelasan kepada penonton tentang suatu hal atau permasalahan, sehingga penonton mendapat kejelasan atau paham tentang hal tersebut dan dapat melaksanakannya. Ketiga ; sebagai propaganda film mengarah pada sasaran utama untuk mempengaruhi khalayak atau penontonnya, agar khalayak mau menerima atau menolak pesan, sesuai dengan keinginan si pembuat film.




BAB II

PENUTUP

Kesimpulan

Media pada hakikatnya telah  benar-benar mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia itu sendiri. Kita saat ini berada pada era revolusi, yaitu revolusi masyarakat menjadi massa, oleh karena kehadiran media tadi.

Indonesia telah mengalami penglobalan dalam bidang informasi, sejak kemunculan internet pada  pertengahan 90-an. Dengan adanya orientasi politik, maka masyarakat memiliki dan mempertanyakan tempat dan peranan mereka dalam sistem politik

Media merupakan bentuk dari organisasi dan industri, menjadikan beberapa media menyiarkan conten yang lebih mendatangkan rupiah ketimbang mendidik atau melakukan persuasi politik terhadap pemirsanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar